Tuesday, April 06, 2010

Korupsi dan Jebakan "Harga Diri"...

Ada yang mengusik saya. dan sudah lama saya ingin menuliskannya. mungkin sejak 2 minggu yang lalu tepatnya. Sejak kasus Gayus Tambunan (GT) merebak dibicarakan oleh banyak orang. Kasus GT memang bukan kasus korupsi paling heboh yang pernah terjadi, karena ratusan kasus korupsi dari nominal kecil hingga milyaran pernah terjadi di negeri ini. Sayangnya, sebagian besar kasus itu tidak terselesaikan dengan semestinya. Kenapa tidak semestinya? menurut saya karena tidak-sebandingnya leveling korupsi (tingkat keparahan korupsi yang indikatornya bisa dilihat dari besarnya kerugian negara yang diakibatkannya) dengan ganjaran hukuman yang diberikan kepada si koruptor. Bayangkan! Koruptor milyaran rupiah hanya diganjar hukuman barang 4-5 tahun. Aghh... bener-bener kacow sudah... :-(

Korupsi di negeri ini memang sudah parah. Parah sekali malah. Banyak orang di setiap layer pemerintahan (pusat dan daerah), kepolisian, politisi, kejaksaan, dan sebagainya seolah "menjadikan" korupsi sebagai bagian dari kebiasaan yang dilestarikan. Mereka yang semestinya mengemban tugas melayani masyarakat justru menggunakan kewenangan yang mereka miliki untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari kelemahan sistem yang ada, tanpa pernah berfikir berapa juta orang di negeri ini harus menderita karena ulah mereka.

Menyatakan bahwa korupsi adalah contoh "kekhilafan" yang bisa terjadi pada setiap pribadi ketika "rapuhnya benteng diri" bertemu dengan "kesempatan", atau meng-klaim bahwa "budaya korupsi" adalah "hasil bentukan lingkungan", bagi saya tetap saja tidak "tollerable". Bahwa kesalahan adalah bagian dari ketidaksempurnaan manusia dalam menjalani kehidupannya adalah pernyataan tidak terbantahkan yang seringkali menjadi senjata manusia untuk melegalisasi berbagai pilihan-pilihan tindakannya yang melawan norma. Bahwa dosa adalah bagian dari hidup manusia adalah benar. saya tidak akan munafik soal ini karena saya dengan segala keingin-tahuan saya terhadap banyak hal seringkali terjebak dalam situasi pemberontakan terhadap berbagai norma. tapi di value saya, korupsi adalah dosa keji dibandingkan dosa-dosa lainnya. karena darinya dibuahkan kesengsaraan besar sebuah negeri.

Menurut saya, intinya adalah nurani. Banyak orang di negeri ini seolah kehilangan nuraninya. Kita seringkali menempatkan value uang diatas segalanya, hingga tidak sadar bahwa kita sudah men-zolimi rakyat banyak. Kita seolah terjebak dalam pendefinisian harga diri yang melenceng jauh dari nurani dan kata hati. Harga diri yang menempatkan value materi di atas nilai-nilai kemanusiaan sejati. Harga diri yang menempatkan gaya hidup "wah" diatas nilai-nilai hakiki. Suatu kondisi yang menyangkal nurani atas nama "kesenangan diri".

Di sini, korupsi dipandang sebagai jalan singkat menuju pemenuhan "harga diri" yang terdifinisi dengan salah kaprah. Hasilnya, negeri ini dipenuhi oleh ribuan koruptor. Menyedihkan dan memprihatinkan.... :-(

Aghhh........


Saya bermimpi,
seandainya setiap orang merenungi diri, apa isi nurani, mungkin tidak akan ada korupsi lagi di negeri ini.


gambar diunduh dari http://www.cartoonstock.com

No comments: