Sunday, April 04, 2010

"Depok" di Mata Saya: Dulu dan Kini...

Nge-blog lagi. Setelah sekian lama. Ya, lama saya tidak menyentuh blog ini. Aghh... malu saya. Beneran. Karena sebenarnya tidak ada kesibukan apapun yang bisa saya jadikan alasan untuk tidak ngeblog. Kalo boleh jujur, justru setahun terakhir ini waktu luang saya lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Ini karena aktivitas rutin saya akhir-akhir ini hanyalah kuliah dan kuliah. Jadi mestinya produktivitas saya dalam menulis lebih tinggi ketimbang pas saya kerja, tapi ... entahlah, saya seolah kehilangan passion buat ngeblog akhir-akhir ini. Waktu-waktu luang saya banyak terbuang begitu saja untuk sesuatu bernama "facebook-an"... :-D

Ya, sudahlah. lupakan. Hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, saya kembali nge-blog. Semoga cukup konsisten untuk menekuninya lagi. So guys, here I am again. Hehehe...

Kali ini saya mau bercerita mengenai Depok, kota tempat saya menghabiskan waktu selama setahun terakhir ini. Setelah hampir 10 tahun tinggal di Bandung, pindah ke Depok (meski hanya temporary) di awal Februari 2009 kemarin bukanlah hal yang mudah bagi saya. Kalo bukan karena urusan "sekolah", saya mungkin tidak akan mau pindah ke Depok. Hehehe... Emmm... saya rasa masalahnya bukan di Kota Depoknya deng, tapi di sayanya yang tidak mau ninggalin Bandung. Hehehe.

Be Frankly, Bandung dengan segala kenyamanannya membuat saya tidak terlalu "minat" terhadap "Kota Depok" pada awalnya. Bagaimana tidak? Urusan mata, jelas Depok kalah dari Bandung. Tempat nongkrong di Depok tidak banyak. Kalaupun ada satu ato dua, tetap saja tidak se-cozy cafe-cafe di Bandung. Pun mall-mall di Depok sangat "boring designnya". Maklumlah, saya demen nongkrong anaknya.

Urusan perut, tidak bisa disangkal Bandung adalah gudangnya makanan enak dan murah. Bandingin ama makanan di Depok yang gak variatif dan tidak enak. Nasinya aja keras banget. hikshiks... perut saya kan bukan "selepan beras" (mesin penggiling red). Belum lagi urusan udara. Huaaghhh, Depok panas teuing. Mungkin ada yang menyangkal dan bilang, "Agh kayak Bandung gak panas ajah!". Hehehe... bener, Bandung memang udah panas juga sekarang ini, tapi kalo di Bandung, gerahnya udara siang hari tidak akan terasa lagi kalo kita sudah masuk ke dalam rumah (pahadal rumahnya gak ber AC). Apalagi kalo tinggal di Bandung utara kayak saya. Hehehe...

Alasan terakhir adalah berkaitan dengan urusan hati, dan mungkin inilah alasan terberatnya karena toh tiga alasan pertama tadi hanya butuh waktu untuk penyesuaian diri saja. Berkaitan dengan hati, jauh dari Alison benar-benar bukan ide yang baik buat saya. Hehehe,,, jadi mungkin masalahnya memang bukan karena Depoknya, tapi di sayanya. Maklumlah sejak tahun 1997 saya sudah mulai terbiasa dengan udara Bandung.

Itu opini saya dulu pas pertama kali "tinggal" di Depok. Sekarang, setelah setahun menjadi penghuni gelap tetap kota ini, apakah opini saya berubah?

Berbicara mengenai urusan mata, perut, udara dan hati mungkin opini saya tidak banyak berubah. Bandung is still the best, meski saya sudah mulai menemukan beberapa tempat makan dan nongkrong yang enak di Depok. Tapi value added tinggal di Depok juga besar banget buat saya, bahkan saya mulai bisa bilang bahwa "after Bandung, Depok is a place where my brain grows up much" karena di sinilah saya belajar. Belajar dalam arti sesungguhnya. Iklim kampus yang edukatif, diajar oleh dosen-dosen yang cerdas, berkawan dengan orang-orang yang baik, pinter dan lucu (cenderung gila saya rasa... :-D), membuat hari-hari di Depok adalah hari-hari yang menyenangkan.

Jadi kini, bagi saya, Depok adalah bagian dari proses perjalanan hidup yang saya nikmati dan syukuri, karena saya menemukan banyak pelajaran di sana. Pelajaran tentang arti ketekunan, pertemanan, ketulusan, kasih sayang, air mata, perhatian, kemahabesaran Yang Kuasa dan banyak lagi. Bagi saya, apapun itu adalah sesuatu yang saya syukuri sampai hari ini, yang mudah-mudahan membentuk saya menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

No comments: