Monday, December 25, 2006

Destination - Alison

Soal percintaan, gue punya beberapa cerita perjuangan dan ’petualangan’ (baca: dalam tanda kutip). Gue pernah menjalani beberapa jenis relationship dari we going no where relationship (karena beda agama), long distance relationship (Bandung-Eindhoven), cinta bertepuk sebelah tangan (soale pihak sebelah sayang ke gue cuman sebagai sahabat), witing tresno jalaran soko kulino, cinta salah alamat, cinta karena spontanitas, sampai cinta yang dewasa, yang bener-bener cinta.




Jadi, cerita percintaan gue memang cukup panjaanggg... dan kalo gak salah inget, gue suka sama cowok pertama kali pas SMP kelas 2. Pas itu, cowok yang gue suka adalah kakak kelas gue, namanya Nanggala Mahesa Ditra (Halo Ngga, pakabar?). Sampai SMA gue masih suka ama ni cowok. Sampai akhirnya gue jadian ama cowok lain yang namanya Herry. Hanya bertahan 7 bulanan, kisah cinta masa SMA gue berakhir. Sejak itu sampai kuliah tingkat 4 gue gak pacaran (terlalu serius mengejar sesuatu yang gak jelas... hihihi). Baru pas tingkat 4, gue suka ama temen deket gue sendiri... (ini namanya pren makan pren nih). Sayangnya tuh cowok nolak gua. Patah hati membawa luka, gue lulus dan mencoba melupakan Bandung yang gue anggap terlalu menyakitkan buat gue...hihihi.... tit..tit...tit... (skip beberapa scene kehidupan, biar gak kepanjangan) selama 2,5 tahun di Jakarta, gue secara gak sengaja balik lagi ke Bandung dengan satu pengharapan akan kehidupan yang lebih baik. Hehehe...

Puji Tuhan, saat ini ‘petualangan’ dan perjuangan cinta gue berakhir pada seorang pria ganteng, pinter dan sayang banget sama gue yang bernama ALISON (pasti Alison muntah-muntah nih kalo baca blog gua...hehehe). Pria ini, gue kenal sejak sekitar 27 bulan yang lalu. Selama 2 tahun pacaran sama dia, gue ngejalanin masa-masa bahagia. Kata ”bahagia” di sini doesn’t mean bahwa kita gak pernah berantem logh yah... Namanya pacaran pasti ada berantemnya, tapi semuanya end up dengan happy ending. Semuanya karena kita tau kalo kita saling cinta dan mau ngalahin ego untuk belajar saling mengerti satu sama lain. Gue mencintai pria ini dengan sangat, begitu pula sebaliknya, gue juga ngeliat bagaimana dia cinta ama gue dari cara dia memperlakukan gue, menghargai gue, menghormati gue dan menyayangi gue.

Waktu berlalu.......

Perbedaan masih tetap ada, tapi cinta kami semakin kuat dari hari ke hari. Ya... we’ve been through many things... sampai akhirnya kami berdua sampai di sini... sebuah ketetapan hati untuk melalui sisa hidup kami bersama. Dan akhirnya, destination percintaan gue berakhir pada ALISON (seorang pria ganteng, pinter dan sayang banget ama gue). Tanggal 13 Januari 2007 nanti, pria ini akan resmi menjadi suami gue.

Speechless, no word, cuman bisa bilang makasih Tuhan sudah menjagai kami sampai di sini. Always need Your blessing and compassion to live and trough the days after …

Wednesday, August 02, 2006

I am proud of u, mom…

2 hari pulang ke boyolali membuat gue makin mengerti dan makin kagum ama nyokap gue. Gue makin melihat nyokap gue sebagai sosok wanita yang tabah dan kuat. Dari beberapa budhe – pakdhe dan bulik-paklik, baik dari pihak bokap maupun nyokap, ibu gue adalah salah seorang yang gue nilai ’sukses” dalam hidup. Bagaimana tidak ? Dengan latar belakang hanya Sekolah Dasar, dan hanya seorang pedagang di pasar, nyokap gue bisa nyekolahin gue di ITB ampe kelar. Bahkan, pada usianya yang ke 63, beliau masih sangat sehat, bahkan sanggup bekerja dan membangunkan rumah buat mas gue.


Buat gue, ini adalah satu hal yang luar biasa. Bagaimana tidak ? Nyokap gue adalah seorang yang sederhana, berasal dari sebuah desa di lereng Gunung Merapi sana. Nyokap gue adalah orang dengan pemikiran SIMPLE dan POSITIF. Tahun 97, saat gue ngambil keputusan untuk sekolah ke Bandung, nyokap gue adalah orang yang paling mensuport (disamping bokap gue tentunya). Padahal gue tau kalo beliau tidak memahami sepenuhnya apa yang sedang dilakukannya saat itu. Pada tahun 97 itu, sepupu-sepupu gue banyak yang mengambil keputusan merit dan saat itu, masih banyak orang yang berfikir bahwa wanita gak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena togh nantinya hanya akan jadi konco wingking saja. Apalagi gue berasal dari keluarga sederhana, jadi banyak orang yang underestimate ama keputusan kami. Tapi akhirnya kami bisa melaluinya.


Nyokap gue sangat pintar berbisnis. Sebagai pedagang di pasar dengan modal yang pas-pasan, gue melihat nyokap gue sebagai orang dengan pemikiran yang smart dan manajemen hidup yang sangat baik. Nyokap gue sangat ulet. Buat nyokap gue untuk dapetin uang 500rb-1,5juta bukanlah hal yang sulit. Ya...mungkin itu gak seberapa buat kebanyakan orang, tapi itu cukup banyak buat orang-orang yang hidup di Boyolali, apalagi orang dengan ekonomi pas pasan kek kami. Fyi, Boyolali adalah kota kecil dengan biaya hidup yang sangat murah. Dengan uang 150-200ribu kita dah bisa hidup selama sebulan.


Nyokap gue adalah seorang yang murah hati. Menolong adalah bagian dari hidupnya, baik sodara, teman bahkan orang yang tak dikenal. A very generous person.

Nyokap gue adalah seorang yang takut akan Tuhan. Ke gereja, berdoa, berpuasa, dan bayar perpuluhan tak pernah dilupakannya. Gue ngeliat janji Tuhan bener-bener digenapi atas keluarga gue. Tingkap-tingkap langit itu dibukain Tuhan atas kami. Dan gue sangat yakin, itu semua buah-buah dari apa yang telah dilakukan oleh nyokap gue (tidak bermaksud meniadakan ”anugrah Tuhan” tentunya).


Gue sempet menangis terharu pertama kali ngeliat nyokap gue pas nyampe di rumah kemaren. TERHARU dan BANGGA.


Gue mengucap syukur untuk apa yang udah Tuhan kerjakan dalam hidup keluarga gue. Sampai hari ini pun kami BUKAN orang kaya, tapi kami tahu dan menyadari bahwa Tuhan memberkati kami terlalu banyak – sangat melimpah.